Oleh : ABDUL HALIM FATHANI
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
(E-mail: ah.fathani@gmail.com)
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
(E-mail: ah.fathani@gmail.com)
PADA dasarnya, hal terpenting dalam
proses pembelajaran, salah satunya adalah bagaimana seorang guru mampu
menyampaikan informasi dengan baik –selanjutnya disebut sebagai gaya mengajar.
Begitu juga, bagi siswa harus dapat menerima informasi yang disampaikan oleh
gurunya secara baik pula –yang selanjutnya saya sebut sebagai gaya belajar.
Chatib (2009:100-101) menjelaskan pada dasarnya gaya mengajar adalah strategi
transfer informasi yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Sedangkan gaya
belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh
siswa.
Conner (2008:1) menyatakan bahwa
gaya belajar siswa mengacu pada cara siswa memilih untuk menerima atau
memproses informasi baru. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda.
Beberapa siswa mungkin menemukan bahwa mereka memiliki pilihan gaya belajar
atau cara menyelesaikan masalah dengan gaya belajar yang lain. Siswa lain
mungkin menemukan bahwa mereka menggunakan gaya yang berbeda dalam situasi yang
berbeda.
Sebagai guru, perlu untuk mengetahui
gaya belajar siswa. Guru harus mampu membantu mereka untuk memaksimalkan dan
menggunakan gaya belajar mereka, dan mengembangkan kemampuan yang kurang
dominan. Dengan demikian, guru perlu menyampaikan informasi dengan menggunakan
gaya mengajar yang berbeda. Dengan adanya variasi dalam menyampaikan informasi
kepada siswa secara keseluruhan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan
lebih cepat, terutama jika metode mengajar yang dipilih digunakan lebih cocok
gaya belajar yang disukai mereka. Selain itu, siswa bisa belajar dengan cara
lain, tidak hanya dalam gaya yang disukai mereka. (Silvana, 2010)
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Howard Gardner, ternyata gaya belajar siswa tercermin dari
kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Oleh karena itu,
seharusnya setiap guru memiliki data tentang gaya belajar siswanya
masing-masing. Kemudian, setiap guru harus menyesuaikan gayanya dalam mengajar
dengan gaya belajar siswanya yang diketahui dari Multiple Intelligences
Research (MIR).
Sebuah gaya belajar siswa dinilai
atau diriset sebelum proses pembelajaran dimulai, dan hasilnya digunakan untuk
mengarahkan siswa melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan belajarnya (Keller, 2010). Apabila seseorang
diriset dengan MIR, maka akan terbaca kecenderungan kecerdasan dan gaya
belajarnya, mulai dari skala tertinggi sampai terendah. Hasil MIR ini merupakan
data yang sangat penting untuk diketahui oleh guru dan siswanya. Setiap guru
akan masuk ke dunia siswa sehingga siswa merasa nyaman dan tidak berhadapan
dengan risiko kegagalan dalam proses belajar. Hal ini menurut Bobbi DePorter
dinamakan sebagai asas utama quantum learning, yaitu masuk ke dunia
siswa.
Berpijak pada konsep keragaman gaya
belajar dan perbedaan tingkat kecenderungan multiple intelligencesiswa mengenai adanya perbedaan individual, kiranya penting untuk diperhatikan
bagi para guru untuk memahami keragamaan gaya belajar siswa ini. Dengan
demikian, diharapkan setiap individu siswa dapat belajar secara menyenangkan,
karena model pembelajarannya didesain berlandaskan pada gaya belajar dan
kecerdasan yang ada pada masing-masing siswa.